Kisah Nyata: "Sejak Saya Mengamalkan 2 Dzikir Ini, Rejeki Jadi Terbuka Seluas-luasnya"



Uztadz Yusuf Mansyur menyarankan membacanya minimal 12 kali, yaitu 5 kali setelah shalat fardu, 1 kali setelah dhuha, 1 kali setelah tahajud dan 5 kali diantara azan dan iqamat.

Disamping membacanya tetap berusaha seperti biasa, yang kerja tetap kerja yang dagang tetap dagang, jangan berhenti.

Yakin bahwa Allah akan mengabulkan hajat kita, membuka apa yang tertutup dan melancarkan apa yang tersendat termasuk rezeki kita.

Menyuburkan amalan-amalan pendorong doa, amal saleh dan sebisanya hindari maksiat. Setiap saat bisa diamalkan kemudian dilanjutkan doa sesudahnya, memohonkan hajat kita.

Bahkan saat nyetir pun bisa baca zikir tersebut ketimbang mendengarkan lantunan lagu-lagu dari CD atau turut pusing mendengarkan berita dari radio mobil.

Pengalaman Saya Setelah Mengamalakn Dzikir Ya Fattah Ya Razzaq

Saya akui bahwa saya orang yang tidak terlalu religius. Ilmu saya masih sedikit dan menjalankan agama sesuai dengan ilmu yang sedikit itu.

Dzikir ini memang saya amalkan setelah membaca tauziah Uztaz Yusuf Mansyur mengenai percepatan rezeki dengan zikir Asmaul Husna termasuk Ya Fattah Ya Razzaq.

Sebisa mungkin saya berusaha untuk tidak meninggalkan shalat sunat rezeki yaitu shalat dhuha sebanyak 6 rakaat setiap harinya. Saya usahakan untuk shalat tahajud meskipun cuma 2 rakaat (meski terus terang lebih banyak tidurnya hehehe..).

Setelah rutin mengamalkan dengan cara di atas tadi saya tidak pernah merasakan masalah keuangan yang berarti.

Pekerjaan saya sebagai PNS golongan III di sebuah instansi pemerintah bergaji tetap setiap bulannya tapi Alhamdulillah saya hidup merasa tak pernah kekurangan. Setiap saya ingin membeli sesuatu uangnya pasti tersedia.

Ada-ada saja jalannya, bisa lewat saya ataupun lewat suami yang juga pegawai negeri, Saya membuat fikiran saya fokus pada keberlimpahan dan kebersyukuran atas rezeki yang saya miliki dan menepis jauh-jauh perasaan kurang dan tidak punya.

Saya tidak pernah mengatakan tidak punya uang (pada diri saya) meskipun kenyataannya uang di kantong saya memang tidak ada dan tabungan saya menipis. Saya selalu berfikir bahwa saya punya cukup banyak untuk dibelanjakan dan disyukuri.

Jika uang saya sedikit, sedikit juga yang saya belanjakan dan syukurnya yang diperbanyak. Jika uang saya berlebih, saya belanjakan sesuai kebutuhan disertai syukur karena bisa berbelanja lebih dari biasanya.

Saya juga berusaha semampunya berbuat baik pada kedua orang tua terutama ibu saya dan mertua. Karena kebetulan berbeda kota, setiap orang tua/mertua mengunjungi kami tak pernah lupa untuk memberi sangu (ongkos) sekedarnya sebelum mereka pulang, berapa kalipun mereka datang dalam sebulan.

Saya sangat paham pentingnya berbakti pada orang tua. Kepada anak kecil seperti ponakan yang berumur SD bahkan sampai yang kuliah sekedar memberi uang jajan 10 ribu untuk yang kecil sampai 50 ribu untuk yang besar tak lupa saya lakukan.

Saya senang melihat mereka tersenyum dapat uang jajan/uang celengan dari saya. Terbayang waktu saya kecil bagaimana senangnya saat ada paman/bibi yang datang dan memberi uang jajan pada saya.

Alhamdulillah sejak saya mulai mengamalkan hal-hal tersebut di atas mulai sekitar tahun 2011 sampai saya menulis tulisan ini di awal Juli 2015 belum pernah saya merasakan kesulitan yang berarti dalam rezeki saya.

Padahal sebelumnya saya juga sering mengalami masalah, seperti rumah kemalingan beberapa kali, emas, uang, dan harta benda melayang digondol orang, kecelakaan meskipun tidak parah dan sering merasa kekurangan uang.

Saat ini meskipun kami tidak kaya berlimpah harta tapi yang peling penting kami selalu merasa cukup. Kami bisa makan, berpakaian, punya rumah yang layak dan bisa berbagi dengan orang lain itu lebih dari cukup.

Saya menuliskan ini real dari pengalaman saya pribadi, insya Allah tidak ada perasaan riya atau ingin dipuji tapi semata-mata saya niatkan buat pembelajaran untuk kita semua.

Bahwa rezeki Allah itu fenomena yang tidak dapat dikalkulasi dengan hitungan matematika karena sifatnya yang abstrak. Bukan wewenang kita untuk menentukan berapa banyak rezeki yang kita terima, tapi itu adalah wilayahnya Allah. Kita hanya meminta dan memantaskan diri untuk menerima.

Saya tutup tulisan ini dengan penekanan bahwa ibadah yang baik itu bukan yang jumlahnya banyak tapi yang rutin dilakukan biar jumlahnya sedikit.

Demikain pula dengan zikir ini, bukan berapa kali hitungannya dalam sehari tapi kontinuitasnya. Biar cuma 1 kali sehari tapi jika rutin itu lebih baik dibanding 1000 kali tapi cuma sekali selama setahun. Semoga Allah merahmati kita semua. 


Wallahu alam...



Sumber: islamituindah.com.my

Related Posts

Kisah Nyata: "Sejak Saya Mengamalkan 2 Dzikir Ini, Rejeki Jadi Terbuka Seluas-luasnya"
4/ 5
Oleh